Senin, 20 Oktober 2008

Setahun Wijiasih


Hari sabtu, 12 Oktober 2008 lalu Perkumpulan Perempuan Lanjaran (PPL) mengadakan acara tasyakuran 1 tahun berdirinya Wijiasih.
Wijiasih merupakan wahana perempuan Lanjaran -Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali- berkumpul untuk membicarakan permasalahan perempuan. Tujuan utama didirikannya Wijiasih ada 2: 1. Mewujudkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan; 2. Memberikan penyadaran terhadap perempuan dalam rangka mengeliminir tingkat KTPA (Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak) di wilayah Lanjaran.
Paguyuban yang didirikan pada 4 September 2007 lalu dirintis dan disesepuhi oleh mbah Suti (masih ingat tulisan saya tentang beliau beberapa waktu yang lalu). Di masa tuanya ini mbah Suti ternyata masih memiliki kepedulian yang tinggi terhadap permasalahan yang dihadapi kaumnya.
Kepiawaian mbah Suti sebagai seorang organisator rupanya belum pupus termakan usia. Meski lebih banyak berada di belakang layar akibat kondisi fisiknya yang tidak lagi sekuat dulu, sumbangan pemikiran mbah Sutilah yang menjadi motor Wijiasih.
Tasyakuran yang jatuh pada suasana lebaran menjadikan acara ini sekaligus menjadi acara halal bi halal.
Acara yang berlangsung sekitar 3 jam ini dihadiri oleh anggota Wijiasih, masyarakat desa Lanjaran, pamong desa Lanjaran, staff LKTS Boyolali dan seorang Staff Ahli Menteri Kehutanan RI. Kedatangan Staff Ahli Meteri Kehutanan ini berkaitan dengan sosialisasi progam “Indonesia Menanam”. Program ini dilakukan untuk mengurangi dampak Global Warming. Dalam program rangka mensukseskan program ini Departemen Kehutanan RI menawarkan bibit tanaman gratis untuk ditanam di daerah Lanjaran yang merupakan lahan kritis (merupakan lahan miring di lereng pegunungan). Selain itu, secara pribadi staff yang berasal dari Boyolali itu memberikan sejumlah dana bagi pengembangan Wijiasih.
Sebagai penghujung acara adalah tausiah yang dibawakan oleh seorang ustad local. Tausiah mengambil tema kehidupan berdemokrasi dalam masyarakat.
Secara keseluhan rangkaian acara tasyakuran dan halal bi halal ini berjalan lancar meski pelaksanaan molor beberapa jam dari waktu yang direncanakan (rupanya budaya jam karet masih melekat erat dengan budaya masyarakat Indonesi pada umumnya). Ke depannya tugas berat masih menghadang mengingat usia Wijiasih yang masih muda sehingga butuh banyak usaha yang perlu dilakukan untuk membuat perkumpulan ini berjalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar